Kopi Gunung Puntang, Kopi "Kampung" Harga Menantang
Siapa mengira, ada kopi dari Jawa Barat yang dihargai begitu mahal bahkan menjadi juara dunia. Kualitas yang dikedepankan, hasilnya tentu sangat menjanjikan.
Speciality Coffee Association of America (SCAA) Expo, sebuah festival tahunan para pegiat kopi internasional selalu menjadi ajang yang ditunggu khalayak. Terang saja, karena dalam acara yang dihadiri perwakilan dari hampir seluruh penjuru dunia itu, diberikan apresiasi terhadap kopi-kopi terbaik.
Dalam expo yang berlangsung April 2016 di Atlanta, Indonesia ditetapkan sebagai "2016 Potrait Country". Artinya, Negeri Kha-tulistiwa nun jauh di sana yang selama ini dianggap sebagai penghasil kopi-kopi terbaik ini menda-pat perhatian lebih.
Para petani kopi di Indonesia bo-leh berbangga, 17 jenis kopi dari Indonesia berhasil lolos uji kelayakan dalam festival bergengsi itu. Salah satunya, kopi Gunung Puntang dari Jawa Barat yang dikembangkan Ayi Sutedja. Kopi dari daerah Banjaran, Kabupaten Bandung ini bahkan akhirnya meraih peringkat pertama.
Spesial tentu saja istimewa. Jempolan. Dalam penilaian SCAA, kopi yang mendapat skor di atas 80 dalam skala 100, masuk kategori ini. Tentu setelah melalui serangkaian tes dari Q-grader, penilai cita rasa kopi di tingkat dunia.
Kopi spesial dipastikan tumbuh di iklim yang istimewa dan ideal, serta dari segi rasa dan juga aroma yang dihasilkan akan berbeda dari kopi kebanyakan. Kecacatan yang dimiliki pun sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Nah, dari para pencicip, Kopi Gunung Pun-tang mendapat penilaian tertinggi dengan skor 86,25.
Bangga, tentu saja. Karena sebe-lumnya Kopi Gunung Puntang bu-kanlah apa-apa. Lalu dalam waktu sekejap berhasil menjuarai lelang kopi tingkat dunia dan mendapat harga termahal dibandingkan dengan biji-biji kopi dari negara lainnya.
Untuk kopi premium pendatang baru, harga Kopi Gunung Puntang memang cukup fantastis yakni AS$55 (setara Rp750 ribu) untuk per kilogram green bean.
"Untuk Kopi Gunung Puntang sendiri, kami tidak memiliki rahasia apa pun dalam proses berkebun sampai dengan proses roasting," terang Hasbie M. Hizbullah, processor yang juga ikut turun ke perkebunan untuk mengurusi proses di hulu secara langsung.
Alur prosesnya berawal dari penanaman. Karena daerah Gunung Puntang adalah dataran dengan ketinggian 1.200 mdpl, maka yang cocok dikembangkan adalah kopi jenis arabika. Seperti kitatahu, kopi jenis robusta biasa-nya di ketinggian 600-900 mdpl.
Proses penanaman tidaklah mudah, karena apa yang dilakukan pada masa ini akan sangat mempe-ngaruhi kualitas aroma dan citarasa kopi nantinya. Maka yang paling mendasar adalah proses penanaman yang dimulai dari kondisi bibit kopi yang digunakan.
"Bibit ini yang akan membentuk kualitas dari tanaman kopi, mulai dari kemampuan bertahan pada kondisi lingkungan, kuantitas dan kualitas hasil panen hingga ciri khas aroma dan rasa yang dimiliki," lanjut Hasbie.
Dari mulai benih sampai siap menghasilkan buah, tanaman butuh persiapan sekitar tiga tahun. Itu pun baru 8-10 bulan berikutnya berbuah, bergantung pada kondisi cuaca dan tanah.
Kopi Gunung Puntang kebetulan dikembangkan secara organik. Maka pupuk yang digunakan adalah kompos yang berasal dari air kencing kelinci, kotoran sapi, bahkan kulit kopi itu sendiri yang sudah dikupas dari bijinya. Begitu pula cairan antihama organik yang diberikan, berasal dari pembuatan kompos, "Air hasil pembuatan kompos ditampung lagi untuk menyemprot tanaman nantinya," ujar Hasbie.
Ketika tiba masa pemetikan, para petani memperhatikan buah mana yang layak dipetik. Di sini mereka konsisten untuk memetik yang berwarna merah, bukan hijau atau oranye. "Karena itu ada istilah petik merah," tutur Yaman Suryaman, supervisor untuk kegiatan di kebun.
Pada dasarnya, struktur buah kopi (coffee cherry/ceri kopi) terdiri atas pericarp (kulit daging terluar) dan biji kopi. Pericarp sendiri terdiri lagi atas beberapa lapisan seperti kulit, daging kulit, lapisan getah (biasanya terdiri dari gula alami dan semacam kandungan alkohol) dan perkamen. Lapisan pericarp adalah yang paling sering dibersihkan, namun lapisan inijugaberpengaruh dalam menambah rasa pada kopi.
Pengolahan Kopi Gunung Puntang sebenarnya terdiri atas proses kering (natural process) serta proses basah (washed process). Idealnya, kadar air dalam buah kopi yang telah dipanen sekitar 60%. Kadar air awal akan menentukan seberapa baik perawatan yang dilakukan saat buat kopi masih berada di kebun.
Proses kering sebenarnya merupakan teknik tertua dalam pengolahan kopi. Setelah dipanen, buah kopi disortir antara yang sudah merah dan yang masih hijau atau oranye. Biasanya ada saja petani yang memetik buah kopi yang masih hijau atau oranye karena mengejar target. Karena itulah akan diadakan sortir ulang secara manual antara biji yang sudah merah dengan yang masih hijau atau oranye.
Buah kopi kemudian difermentasikan dengan dijemur di bawah sinar matahari dan dibiarkan mengering alami. Proses yang berlangsung sam-pai 14 hari ini bertujuan agar kadar air tinggal 11-12%. Tergantung cuaca juga. Bila tidak memungkinkan, pen-jemuran dilakukan di dry house.
Mengejar kualitas
Tahap selanjutnya, kopi masuk ke dalam proses pengolahan. Processor bertanggung jawab pada tahap ini dan dilakukan dengan mesin di rumah.Pada dasarnya, struktur buah kopi (coffee cherry/ceri kopi) terdiri atas pericarp (kulit daging terluar) dan biji kopi. Pericarp sendiri terdiri lagi atas beberapa lapisan seperti kulit, daging kulit, lapisan getah (biasanya terdiri dari gula alami dan semacam kandungan alkohol) dan perkamen. Lapisan pericarp adalah yang paling sering dibersihkan, namun lapisan inijugaberpengaruh dalam menambah rasa pada kopi.
Pengolahan Kopi Gunung Puntang sebenarnya terdiri atas proses kering (natural process) serta proses basah (washed process). Idealnya, kadar air dalam buah kopi yang telah dipanen sekitar 60%. Kadar air awal akan menentukan seberapa baik perawatan yang dilakukan saat buat kopi masih berada di kebun.
Proses kering sebenarnya merupakan teknik tertua dalam pengolahan kopi. Setelah dipanen, buah kopi disortir antara yang sudah merah dan yang masih hijau atau oranye. Biasanya ada saja petani yang memetik buah kopi yang masih hijau atau oranye karena mengejar target. Karena itulah akan diadakan sortir ulang secara manual antara biji yang sudah merah dengan yang masih hijau atau oranye.
Buah kopi kemudian difermentasikan dengan dijemur di bawah sinar matahari dan dibiarkan mengering alami. Proses yang berlangsung sam-pai 14 hari ini bertujuan agar kadar air tinggal 11-12%. Tergantung cuaca juga. Bila tidak memungkinkan, pen-jemuran dilakukan di dry house.
Proses alami ini, kata Hasbie, teius dipertahankan dan tanpa menggunakan bahan apa pun. Memang ada beberapa tempat nengolahan yang menggunakan lepung ragi untuk mempercepat pengeringan. Prosesnyajadi lebih cepat, sekitar 7-10 hari, tapi kualitas kopi juga akan terpengaruh.
"Memang bagus untuk mengejar target pasar, tapi untuk apa? Kalau berbicara tentang kopi kita tidak hanya berbicara tentang tingkat penjualan, tapi juga kualitas. Rasa dan aroma harus diperhitungkanjuga," kata Hasbie yang sudah dua tahun bekerja di Puntang Coffee.
Setelah penjemuran, kulit terluar buah kopi dipisahkan dengan bijinya menggunakan mesin giling pulper. Penyortiran dilakukan lagi untuk memisahkan antar biji yang bagus dan kopong (kosong) secara manual. Buah bagus adalah yang memiliki dua biji, sementara yang kopong hanya satu.
Selanjutnya, biji yang sudah digi-ling kembali dijemur agar biji dan kulitnya lebih kering sehingga lebih mudah dipisahkan. Karena pada proses terakhir sebelum disangrai (roasting), biji akan digiling lagi untuk memisahkan kulit biji dengan biji menggunakan mesin giling huller. Hasil akhir penggilingan inilah yang dinamakan green bean.
Tingkat keasaman rendah
Namanya green bean, karena setelah mengering, biji kopi memang mengeluarkan warna kehijauan. Pada tahap ini biji kopi tidak mempunyai aroma atau rasa yang khas. Baru setelah pemanggangan (roasting) aroma dan rasa akan menari-nari di penciuman.Cita rasa kopi pada proses natural ini biasanya mampu memberi kesan ala buah-buahan pada kopi. Umumnya buah-buahan daerah tropis seperti nangka, leci, atau stroberi. Selain itu, proses natural juga akan memberi tingkat keasaman yang lebih rendah (dibanding washed). Para penikmat yang lebih menyukai rasa asam yang berimbang dengan rasa pahit, biasanya lebih cocok.
Sementara pengolahan biji kopi pada proses basah, tentu ceritanya berbeda. Di Indonesia, cara yang dilakukan dengan proses perendaman di dalam air ini, bertujuan menghilangkan kulit-kulit daging yang melekat pada biji kopi sebelum dijemur.
Perendaman juga berguna until k menyeleksi buah-buah kopi. Jika biji tenggelam, maka akan berlan-jut ke proses selanjutnya karena artinya biji sudah matang ata u kondisinyabagus. Proses perm daman ini juga merupakan langkah fermentasi.
Fermentasi biji kopi ini juga ber-beda-beda untuk setiap produsen. Umumnya berkisar antara 24-36 jamatau terganlungsului udara di masing-masing daerah penghasil, ketebalan layer getah pada buah kopi, dan konsentrat enzimnya. "Jika suhu di sekitarnya semakin hangat, maka prosesnya akan semakin cepat pula," tutur Hasbie.
Biji kopi dijemur lagi agar kadar airnya semakin turun kemudian baru digiling menggunakan mesin huller. Citarasa yang ditawarkan pada kopi dengan proses ini umumnya berkarakter lebih bersih, lebih "ringan" sedikit berasa buah, dan lembut dengan tingkat keasaman lebih banyak.
Proses terakhir yang tak kalah penting adalah pemanggangan (roasting). Proses inilah yang akan menentukan citarasa dan aroma kopi. Jadi, proses yang paling krusial setelah dipanen. Melalui proses ini pula, cita rasa dapat divariasikan sesuai selera.
Pemanggangan pada dasarnya adalah mengeluarkan air dalam kopi, mengeringkan, dan mengem-bangkanbiji, mengurangiberat, serta memberikan aroma pada kopi. "Kopi juga akan berubah dari me-nyerap panas (endothermic) menjadi menghasilkan panas (exothermic). Reaksi kimia pada saat penyangraian inilah yang menciptakan berbagai komponen yang berpengaruh pada cita rasa kopi.
Di Indonesia sendiri, tingkatan roasting paling umum yang dijadikan patokan ada tiga tingkat,yaitu: light roast, medium roast, dan dark roast. Kopi Gunung Puntang yang lebih banyak jenis arabika, memang lebih pas untuk dipanggang dengan tiga tingkatan itu.
Setelah proses roasting selesai, barulah biji disebut dengan roast bean dari sebelumnya green bean. Semua proses akhirnya akan di-akhiri dengan pengepakan sesuai jenis biji dan jenis roasting, lalu disu-plai ke kedai-kedai kopi agar dapat dihidangkan kepada pecinta kopi nantinya. Sampai saat ini, selain ke beberapa kota di Indonesia, Kopi Gunung Puntang masih menyuplai ke Amerika Serikat, Vietnam, dan Brazil.
Begitu ceritanya. Kalau Anda memang pecinta kopi sejati, tentu setelah ini bakal penasaran dengan Kopi Gunung Puntang sang jawara dunia ini.
Nah, bagi penyuka kopi yang suka ngopi di rumah, jangan buang ampas kopi sebab memiliki manfaat sebagai penyubur tanaman. Cocok buat mereka yang juga hobi berkebun.
Inilah enam manfaat ampas kopi.
Di Indonesia sendiri, tingkatan roasting paling umum yang dijadikan patokan ada tiga tingkat,yaitu: light roast, medium roast, dan dark roast. Kopi Gunung Puntang yang lebih banyak jenis arabika, memang lebih pas untuk dipanggang dengan tiga tingkatan itu.
Setelah proses roasting selesai, barulah biji disebut dengan roast bean dari sebelumnya green bean. Semua proses akhirnya akan di-akhiri dengan pengepakan sesuai jenis biji dan jenis roasting, lalu disu-plai ke kedai-kedai kopi agar dapat dihidangkan kepada pecinta kopi nantinya. Sampai saat ini, selain ke beberapa kota di Indonesia, Kopi Gunung Puntang masih menyuplai ke Amerika Serikat, Vietnam, dan Brazil.
Begitu ceritanya. Kalau Anda memang pecinta kopi sejati, tentu setelah ini bakal penasaran dengan Kopi Gunung Puntang sang jawara dunia ini.
6 Macam Fungsi Kopi
Tren ngopi sekarang ini sudah tak sekedar ke warung kopi. Banyak yang sudah menyambut pagi ditemani secangkir kopi. Tak hanya saat mau berangkat kantor, di akhir pekan pun mereka tak lupa bangun pagi sembari menyeruput kopi. Dari data Maret 2018 juga terlihat bahwa konsumsi kopi nasional rata-rata tumbuh 7% per tahun.
Nah, bagi penyuka kopi yang suka ngopi di rumah, jangan buang ampas kopi sebab memiliki manfaat sebagai penyubur tanaman. Cocok buat mereka yang juga hobi berkebun.
Inilah enam manfaat ampas kopi.
- Sebagai pemercepat pengomposan. Taburkan kopi di sekitar kompos yang sedang Anda bikin. Lihatlah pengaruhnya dalam waktu singkat.
- Penahan air dan penjaga suhu tanah. Bubuk kopi bisa menjadi mulsa yang bagus karena membantu menahan air di tanah dan menjaga suhu tetap sama. Sebarkanlah bubuk kopi dalam cukup banyak pada pangkal pohon untuk menjaga tanaman tetap terisolasi dengan baik.
- Menyuplai ntrogen. Bubuk kopi mengandung banyak nitrogen. Jadi bisa digunakan sebagai pengganti pupuk.
- Penghalau siput. Material kasar dari bubuk kopi ternyata menghambat gerakan bagian bawah perut siput.
- "Makanan" Cacing. Kopi kaya akan nitrogen dan ini sangat di sukai cacing yang akan membantu vermicomposting.
- Pembersih peralatan berkebun. Bubuk kopi kasar sangat handal digunakan untuk menyingkirkan kotoran yang menempel di peralatan berkebun Anda. Gosokkan saha pada peralatan Anda lalu bersihkan!