Pesta olahraga bangsa-bangsa se-Asia ditutup di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (2/9) lalu. Kontingen Indonesia membukukan prestasi gemilang dengan 31 emas, 24 perak, dan 43perunggu. Tim Merah Putih bertengger di posisi ke-4 dalam daftar perolehan medali. Jumlah ini melampaui target Presiden Joko Widodo, yang meminta para pahlawan arena membawa pulang 16 emas dan menembus 10 besar. "Emas yang kita dapatkan minimal 16. Artinya kalau tambah banyak boleh, kurangsatu tidak boleh,"pinta Presiden sebelum melepas kontingen Indonesia pertengahan bulan lalu.
Beberapa hari setelah Asian Games 2018 ditutup, masyarakat Indonesia masih susah move on. Hingga Kamis (6/9) siang tagar #Closing Ceremony Asian Games 2018 masih menjadi topik paling tren di Twitter. Lebih dari 5.000 warganet membahasnya. Banyak fakta menarik yang tercecer dari Asian Games 2018. Salah satunya, 3 medali emas pertama Indonesia dipersembahkan atlet perempuan. Defia Rosmaniar(23), atlet taekwondo poomsae perorangan putri mempersembahkan medali emas pertama kepada Ibu Pertiwi. Emas kedua datang dari arena wushu nomortaijijian/ taijuquan putri. Lindswell Kwok (26) meninggikan Sang Merah Putin dan mendapat acungan jempol dari Presiden Jokowi.
Performa Lindswell mendapat banyak pujian. "Emas dari Lindswell membuat target wushu terpenuhi. Kami meraih 1 emas, 1 perak, 3 perunggu. Target kami sejakawal yakni 1 emas, 1 perak, dan 1 perunggu. Kami bangga," ungkap atlet wushu peraih medali perak Asian Games 2018, Edgar Xavier Marvelo, kepada Bintang di Jakarta Pusat, minggu lalu.
Emas ketiga diraih pembalap asal Semarang, Tiara Andini Prastika (22), di nomor balap sepeda gunung downhill putri. Sejak itu, Indonesia terus panen emas. Salah satu puncaknya, saat kontingen pencak silat memborong 14 emas. Dua di antaranya disumbangkan Puspa Arumsari (25) dan Wewey Wita (25). Puspa sebagai petarung pertama di arena pencak silat awalnya takut.
"Kalau saya gagal, takutnya memengaruhi performa teman-teman yang lain. Alhamdulillah ketakutan itu tidakterjadi. Saya bagaikan kunci untuk membuka pintu kemenangan bagi para pesilat lain," Puspa bercerita. Dari ajang Asian Games, para srikandi Indonesia seolah mengirim pesan, di arena olahraga yang identikdengan stamina kuatdan dominasi pria, kekuatan perempuan pantang diremehkan. Hal itu dibenarkan Defia. "Nyatanya perempuan bisa berbuat lebih. Saya bangga untuk pencapaian di Asian Games kemarin," ujarnya semringah.
Anda belum bisa move on dari Asian Games? Kami juga. Minggu ini, kami hadirkan wawancara eksklusif bersama tiga pendekar perempuan berkalung medali emas: Defia, Wewey, dan Puspa.
Defia Rosmaniar Kangen Tempe Orek dan Telur Ceplok Buatan Mama
Usai pembukaan Asian Games yang megah, Defia Rosmaniar berlaga di nomor poomsae tunggal putri di Plenary Hall, Jakarta Convention Hall, Senayan. la melenggang ke babak akhir dan bertemu atlet asal Iran, Marjan Salahshouri. Kale1 itu banyak pihak optimistis Defia bisa mengatasi Marjan. Kemampuan Defia meruncing sejak maju ke babak semifinal, usai menyingkirkan atlet Wong Kai Yu dari Hong Kong di babak 16 besar lalu menjinakkan perlawanan Tuyet Van Chau dari Vietnam. Bahkan ketika diadu dengan wakil Korea Selatan, JihyeYun, Defia unggul.
SUARA HATI NASIHAT IBU
Beberapa menit sebelum memasuki arena, Defia deg-degan bercampurtegang. Saat itulah, ia mempertanyakan diri sendiri, jika deg-degan terus, bagaimana mau fokus menghadapi lawan? Untuk mengusir tegang, ia melafalkan Al Fatihah.
Beberapa detik setelah melantunkan Al Fatihah, Defia seperti mendengar suara lembut yang membisik, "Defia, ini lapangan milikmu. Lapangan ini berada di Indonesia, di negaramu. Jadi mengapa hams tegang?" Mendengar suara hati, Defia tersenyum lega.
Sembari melangkah memasuki arena, gadis berhijab ini terkenang nasihat mamanya. "Nak, jaga kesehatanmu, ya. Mama sudah bahagia dengan prestasimu sejauh ini. Bertandinglah dengan sehat dan jangan pulang dengan cedera."
Pertandingan itu berakhir dengan skor ketat 8.690-8.470. Yang membuat publikterharu, usai mengalahkan Marjan, Defia membentangkan Sang Merah Putih, berlari mengitari lapangan dengan air mata berlinang.
Aksi heroik atlet kelahiran 25 Mei ini disaksikan Presiden Jokowi beserta Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi. Air matanya tak terbendung saat "Indonesia Raya" berkumandang lalu Merah Putih dinaikkan dengan posisi lebih tinggi ketimbang bendera Iran, Malaysia, dan Korea Selatan.
Publik menilai kemenangan Defia penting. la dianggap membuka jalan bagi para pahlawan arena lain. Keran emas yang dibuka Defia memungkinkan puluhan emas lain mengucur. Sampai saat ini, Defia tak mampu menggambarkan kebahagiaannya.
"Saya bersyukur, saat itu perasaan saya campur aduk. Sedih campur bahagia.
Apalagi itu emas pertama buat Indonesia dan emas pertama buat cabang olahraga taekwondo sendiri," ungkap Defia kepada Bintang, di Senayan, Jakarta, minggu lalu.
AWALNYA ASAL-ASALAN
Defia menggeluti taekwondo sejak SMP. la dibina pelatih Syamsudin dan Soleh Basuni di Bogor. Defia berkenalan dengan taekwondo karena sekolah mewajibkan seluruh murid ikut kegiatan ekstrakurikuler.
Kala itu ia bingung mau ambil olahraga apa. "Kebetulan kakak saya ikut taekwondo, saya asal ikut biar ada teman. Bisa dibilang saya menjalani kegiatan itu asal-asalan. Tidak terlalu suka namuntetap rutin berlatih. Suatu hari, masih tahun yang sama, saya diikutkan di kejuaraan sekolah dan menang. Kemenangan itu menyadarkan saya bahwa saya berbakat di cabang olahraga ini. Jadi juara itu rasanya beda banget. Semangat saya menyala, ingin ikut pertandingan lagi dan lagi. Sejak itu sudut pandang saya terhadap taekwondo berubah," Defia mengenang.
Defia menilai Asian Games bukan tujuan akhir melainkan sebuah episode yang menghubungkan seorang atlet sebagai pemeran utama ke cerita berikutnya. "Saya lebih suka memandang Asian Games demikian, mengingat menjadi atlet bukan proses yang berlangsung satu dua tahun. Berkaca kepada pengalaman saya, itu proses menahun. Saya ikut pelatnas sejak 2012. Sebelumnya saya bertanding di ajang SEA Games, PON, dan kejuaraan Asia di Vietnam. Lalu mendapat momentum di Asian Games. Ke depan, saya ingin prestasi saya stabil sehingga orang tahu kecintaan saya terhadap olahraga ini tidak main-main," ujarnya.
Kemenangan Defia diapresiasi berbagai pihak. Pemerintah mengucurkan dana 1,5 miliar rupiah untuk para peraih emas. Sekolah Tinggi llmu Ekonomi (STIE) Kesatuan Bogor, tempat Defia menimba ilmu, menyambutnya bak pahlawan. Sejumlah spanduk bertuliskan "Selamat Datang Sang Juara" terbentang di kampus. Defia diganjar beasiswa pendidikan lanjutan strata 1 jurusan manajemen. Selain itu, Wali Kota Bogor menghadiahinya 1 unit apartemen.
KEPERGIAN AYAH KARENA STROKE
Uang 1,5 miliar rupiah dari negara akan digunakan untuk mengisi tabungan haji ibunya dan investasi. Apa yang diraih Defia saat ini buah kerja keras, doa, serta dukungan orang tua. "Selain itu, medali emas saya persembahkan untuk negara dan para atlet taekwondo lainnya. Ke depan, saya ingin berlaga di kejuaraan dunia lagi," Defia berharap.
Lewat kemenangannya bulan lalu, Defia memberi tahu para remaja putri, anggapan taekwondo olahraganya laki-laki itu salah. "Sudah terbukti. Ini bukan hanya untuk laki-laki. Saya kali pertama berlatih di usia 13 tahun. Bagian tersulit selama berlatih taekwondo adalah mengusir rasa bosan. Inginnya main-main dan berkumpul dengan keluarga, seperti remaja pada umumnya. Faktanya tidak bisa. Saya berlatih terus untuk negara," sambung dia.
Untuk Asian Games, Defia menjalani latihan intensif selama 5 bulan. Maret2018, saat latihan tanding di Korea Selatan, fase terberat bagi Defia. la menerima kabar dari Tanah Air bahwa ayahnya, Ermanto, meninggal karena strok. Hatinya makin hancur karena tidak bisa menghadiri pemakaman ayah. Sea"-a menjalani latihan di Korea, wajah sang ayah berkelebat di benak Defia.
Pesan Ermanto bahwa ia pasti bisa jadi juara terngiang di telinganya.
"Papa bilang, 'Ayo Dik, kamu pasti bisa jadi juara, "Defia menirukan ucapan ayahnya. "Saya percaya Papa tersenyum bangga di sana. Sekarang, saya ingin menunjukkan bakti kepada Mama. Saya juga kangen masakan Mama. Saya kangen tempe orek dan telur ceplok dicabein. Buatan Mama selalu enak dan bikin kangen,' beber Defia, yang kini telah melepas kangen dengan ibunya.