Perdagangan Luar Negeri
1. Penerimaan Ekspor Dalam 11 Bulan Pertama Tahun 2014 Mencapai USD 161,7 Miliar, Turun 2,4
Penurunan disebabkan oleh berkurangnya penerimaan ekspor migas dan ekspor non-migas masing-masing sebesar 4,3 persen dan 2,0 persen. Berkurangnya ekspor migas disebabkan oleh turunnya harga ekspor minyak mentah Indonesia dan berkurangnya volume ekspor. Dalam 11 bulan pertama tahun 2014, rata-rata ICP mencapai USD 99,7 per barel, turun 5,7 persen (y-o-y) dan volume ekspor berkurang 3,8 persen (y-o-y). Sementara itu penurunan ekspor non-migas terutama disebabkan oleh berkurangnya ekspor hasil pertambangan yang turun 25,6 persen; sedangkan ekspor hasil pertanian dan industri tumbuh masing-masing 0,4 persen dan 4,4 persen (y-o-y).
Cina, Amerika Serikat, Jepang, dan India merupakan negara tujuan utama ekspor non-migas. Dalam 11 bulan pertama tahun 2014, ekspor non-migas ke Cina, Jepang, dan India turun masing-masing 20,1 persen, 9,4 persen, dan 5,4 persen (y- o-y); adapun ekspor ke AS naik 4,3 persen (y-o-y) dengan menguatnya pemulihan ekonomi AS.
2. Pengeluaran Impor Dalam 11 Bulan Pertama Tahun 2014 Mencapai USD 163,7 Miliar
Penurunan disebabkan oleh bekurangnya impor migas dan non-migas masing-masing sebesar 2,4 persen dan 5,0 persen (y-o-y).
Dari penggunaannya, dalam 11 bulan pertama tahun 2014 impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan modal turun berturut-turut 3,6 persen, 3,8 persen, dan 6,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (y-o-y).
Neraca Perdagangan Dalam 11 Bulan Pertama Tahun 2014 Mengalami Defisit Sebesar USD 2,1 Miliar. Defisit terutama berasal dari neraca migas sebesar USD 12,1 miliar; sedangkan neraca nonmigas mencatat surplus sebesar USD 10,0 miliar.
A. Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran dalam tiga triwulan pertama tahun 2014 membaik. Dalam tiga triwulan pertama tahun 2014, defisit neraca transaksi berjalan turun menjadi USD 19,7 miliar, lebih rendah dari periode yang sama tahun 2013 (USD 24,8 miliar). Sebagai rasio terhadap PDB, defisit transaksi berjalan pada triwulan III/2014 berkurang menjadi 3,1 persen PDB.
Neraca barang dalam tiga triwulan pertama tahun 2014 mencatat surplus sebesar USD 3,6 miliar, lebih baik dari periode yang sama tahun sebelumnya (defisit USD 0,1 miliar). Demikian juga defisit neraca jasa dalam tiga triwulan pertama tahun 2014 berkurang menjadi USD 7,7 miliar, lebih kecil dari periode yang sama tahun sebelumnya (defisit USD 9,0 miliar). Defisit pendapatan primer, yang antara lain merupakan pembayaran deviden dan pembayaran bunga utang luar negeri, dalam tiga triwulan pertama tahun 2014 meningkat menjadi USD 20,6 miliar, lebih besar dari periode yang sama tahun sebelumnya (defisit USD 19,9 miliar). Adapun surplus pendapatan sekunder, yang antara lain merupakan transfer personal Tenaga Kerja Indonesia, dalam tiga triwulan pertama tahun 2014 meningkat menjadi USD 3,8 miliar, lebih besar dari periode yang sama tahun sebelumnya (USD 2,9 miliar).
Surplus neraca transaksi finansial meningkat tinggi menjadi USD 35,0 miliar dari USD 13,2 miliar dalam periode yang sama tahun 2013. Surplus neraca transaksi finansial dalam tiga triwulan pertama tahun 2014 terutama didorong oleh investasi portfolio yang meningkat menjadi USD 24,1 miliar, jauh lebih besar dari tiga triwulan pertama tahun 2013 (USD 9,1 miliar).
Adapun investasi langsung sedikit turun menjadi USD 11,9 miliar dari USD 12,1 miliar periode sebelumnya. Pada akhir Desember 2014, cadangan devisa mencapai USD 111,9 miliar atau cukup untuk membiayai sebesar 6,5 bulan impor termasuk pembayaran utang pemerintah.
Melambatnya penerimaan ekspor dan meningkatnya kewajiban pembayaran utang luar negeri terutama swasta meningkatkan debt service ratio (DSR). DSR meningkat dari 20,7 persen pada tahun 2010 menjadi 41,5 persen pada tahun 2013, Dalam tiga triwulan pertama tahun 2014, DSR masih di atas 40 persen.
Investasi
Investasi dalam posisi melambat. Dalam tiga triwulan pertama tahun 2014, kenaikan investasi berupa pembentukan modal tetap bruto dalam PDB melambat menjadi 5 persen (y-o-y) dan investasi langsung (FDI) hanya mencapai USD 11,9 miliar.
Berbagai indikator lainnya seperti impor barang modal serta bahan baku/penolong, kredit investasi, penjualan semen, dan sebagainya menunjukkan peningkatan investasi yang masih lemah. Rasio investasi terhadap PDB menunjukkan kecenderungan turun sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Peningkatan realisasi investasi yang dicatat oleh BKPM dalam keseluruhan tahun 2014 mencapai Rp 463,1 triliun, melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
B. Keuangan Negara
APBN 2015 disusun berdasarkan perkembangan berbagai asumsi pokok yang ketat pada waktu itu diantaranya harga minyak mentah dunia yang masih tinggi triwulan III/2014 dan pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat. APBN 2015 disusun dalam kerangka base line untuk memberi ruang yang cukup bagi pemerintah baru untuk melakukan perubahan program pembangunan yang akan dibiayainya.
Dalam upaya untuk menciptakan ruang fiskal yang memadai dan realoasi subsidi BBM yang sangat besar (Rp 276,0 triliun) pada belanja yang produktif, termasuk infrastruktur, pada sekitar pertengahan bulan November 2014, harga BBM dinaikkan sebesar Rp 2.000,- per liter.