Gas Diprioritaskan
Infrastruktur Dibangun dan Diperkuat
Pembangunan infrastruktur gas harus diprioritaskan untuk mengoptimalkan pemakaian gas di sektor transportasi. Kemudahan memperoleh gas menjadi syarat utama agar konsumen beralih dari bahan bakar minyak ke gas untuk kendaraan.
"Kalau produsen mobil membuat kendaraan yang dual fuel (berbahan bakar gas dan minyak), apakah membeli gasnya mudah? Kalau SPBG (stasiun pengisian bahan bakar gas) sudah banyak, bagaimana pasokan gasnya? Apalagi di 2019 dikabarkan bakal defisit gas sehingga harus impor. Jadi, saya rasa infrastruktur gasnya gerlu diperkuat dan dibangun terlebih dahulu," kata Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar seusai melepas konvoi kendaraan berbahan bakar gas, Senin (13/3), di Jakarta.
Oleh karena itu, tambah Arcandra, pembangunan infrastruktur gas harus diprioritaskan. Infrastruktur tersebut adalah terminal regasifikasi serta unit regasifikasi dan penyimpanan terapung (RFSU). Apabila fasilitas tersebut tersedia, kegiatan impor gas untuk kebutuhan domestik bisa diwujudkan.
Arcandra menambahkan, program penggunaan gas untuk transportasi menjadi salah satu prioritas pemerintah. Sebab, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) akan terus meningkat seiring pertumbuhan kendaraan di Indonesia yang pesat, yaitu mencapai 13 persen per tahun.
Konsumsi BBM yang meningkat akan membebani APBN. Pasalnya, masih ada subsidi BBM jenis solar. "Tak cukup Kementerian ESDM, dukungan dari Kementerian Dalam Negeri untuk mewajibkan pemerintah daerah menggunakan kendaraan dinas berbahan bakar gas juga perlu. Termasuk dukungan regulasi dari Kementerian Perhubungan menyangkut kendaraan berbahan bakar gas," ujar Arcandra.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, pemanfaatan gas untuk transportasi di Indonesia belum optimal, yaitu hanya 0,06 persen atau setara dengan 4,48 miliar british thermal unit per hari (BBTUD) pada 2015. Pada 2016, porsi gas untuk transportasi menurun menjadi 0,05 persen dari keseluruhan pemanfaatan gas bumi domestik.
Adapun jumlah SPBG, PT Pertamina (Persero) telah mengoperasikan sebanyak 34 unit dan 7 pengisian gas bergerak (MRU) dengan kapasitas masing-masing 1.800 liter setara premium. Sementara, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk mengoperasikan 10 SPBG dan 5 MRU.
Kebijakan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja menambahkan, tahun ini pemerintah akan membagikan 5.000 kon-venter kit gratis. Konverter kit adalah perangkat konversi BBM ke gas.
Konventer kit akan dibagikan kepada nelayan dan kendaraan dinas pejabat. Pembagian konventer kit tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah mengoptimalkan pemakaian gas untuk kendaraan. "Kami juga mempertimbangkan peraturan yang mewajibkan SPBU (stasiun pengisian bahan bakar untuk umum) juga menjual gas untuk kendaraan. Tujuannya agar orang semakin mudah mendapat gas untuk kendaraan," ujar Wiratmaja.
Andi, salah satu sopir taksi peserta konvoi kendaraan berbahan bakar gas, mengatakan, memakai gas jauh lebih hemat ketimbang BBM. Sejak enam bu-lan lalu, taksi yang ia operasikan sudah dipasang konventer kit berikut tabung gas berisi CNG (gas alam terkompresi) berka-pasitas 15 liter. Harga CNG Rp 3.500 per liter.
"Dalam sehari bisa sampai dua kali mengisi CNG. Jika terisi penuh bisa menempuh jarak 170-180 kilometer. Ongkosnya lebih murah ketimbang memakai BBM," kata Andi.
Sumber : Kompas