Kolang-kaling bukan hanya populer di Indonesia, tapi juga di Filipina dan Thailand.
Mentari pada April tahun 2014 itu begitu terik menyinari Manila, Filipina. Cuaca panas membuat tubuh Cheska Siongco bermandi keringat. Mahasiswi Universitas Ateneo de Manila itu lalu singgah di sebuah warung penjaja halo-halo untuk mencari pelepas dahaga. Dalam bahasa Tagalog-bahasa nasional Filipina ho/o berarti campur. Minuman itu memang mirip es campur di tanahair. Di dalamnya ada potongan kaong alias kolang-kaling, daging buah nangka, ubi ungu, nata de coco, kacang merah, dan daging kelapa muda.
Es serut menutup menu itu, lalu disiram santan atau es krim. Harganya relatif murah, hanya 40 peso atau sekitar Rp 9.000 per porsi. Menyeruput semangkuk halo-halo saat panas memanggang, wuih... betapa lezatnya. Pada musim panas halo-halo menjadi minuman favorit warga Filipina. “Di tepi-tepi jalan banyak sekali penjaja minuman itu,” ujar Cheska kepada Trubus. Persis seperti di tanahair ketika Ramadan yang ramai penjual aneka minuman saat menjelang buka puasa.
Es serut menutup menu itu, lalu disiram santan atau es krim. Harganya relatif murah, hanya 40 peso atau sekitar Rp 9.000 per porsi. Menyeruput semangkuk halo-halo saat panas memanggang, wuih... betapa lezatnya. Pada musim panas halo-halo menjadi minuman favorit warga Filipina. “Di tepi-tepi jalan banyak sekali penjaja minuman itu,” ujar Cheska kepada Trubus. Persis seperti di tanahair ketika Ramadan yang ramai penjual aneka minuman saat menjelang buka puasa.
Menu favorit
Cheska, gadis berlesung pipi itu, sebetulnya kurang menyukai kolang-kaling dalam halo karena tawar. Itu karena kaong untuk halo hanya direbus tanpa tambahan gula. "Saya sebetulnya lebih suka manisan kaong,” ujar Cheska. la lebih suka mengonsumsi manisan kolang-kaling karena manis sehingga lebih menyegarkan. Warga Filipina juga kerap mengonsumsi kaong sebagai campuran salad buah.
Komoditas aren Arenga pinnata memang tumbuh di Filipina. Tanaman kerabat kelapa itu tumbuh subur mulai dari Asia Selatan hingga Asia Tenggara. Itulah sebabnya masyarakat di negara-negara di kawasan itu punya kebiasaan mengonsumsi kolang-kaling. “Saya pernah melihat makanan berbahan kolang-kaling di Thailand,” ujar Chandra Gunawan, pebisnis yang kerap berpergian ke negeri Gajah Putih.
Menurut Borimas Krutsakom, mahasiswa asal Bangkok, Thailand, lookchid alias kolang-kaling menjadi panganan sehari-hari. "Oleh karena itu permintaan kolang-kaling di sini (Bangkok, red) cukup tinggi,” ujarnya. Beberapa industri makanan di sana mengolah daging biji aren itu menjadi manisan. Produsen mengemas dalam kaleng agar tahan simpan dan dapat dikonsumsi kapan saja.
Dalam kemasan kaleng itu ada yang isinya hanya kolang-kaling yang direndam dalam air gula, ada juga yang berpadu dengan potongan daging buah nangka. “Saya lebih suka makan lookchid segar ketimbang yang kalengan," kata Ratama Daduan, warga negara Thailand yang kini berdomisili di Osaka, Jepang, ketika diwawancarai Trubus. Kolang-kaling kalengan itu mudah dijumpai di pasar swalayan, toko kelontong, bahkan di warung-warung kaki lima.
Untuk memenuhi permintaan kolang-kaling, beberapa pekebun dl Thailand membudidayakan aren dalam hamparan luas. Provinsi Petchaburi dan Songkhla merupakan sentra perkebunan aren terbesar di negeri yang tidak pernah dijajah itu. Bandingkan dengan di Indonesia, para produsen kolang-kaling dan nira masih mengandalkan pohon yang tumbuh liar di hutan-hutan.
Bekal perang
Masyarakat Vietnam juga akrab dengan panganan berbahan kolang-kaling. Di daratan Indocina itu para produsen mengolah kolang-kaling juga menjadi manisan, lalu mengemas dalam kaleng. Konon, saat perang Vietnam tentara Amerika Serikat menyukai manisan busng basng-sebutan kolang-kaling dl Vietnam. Sebab, penganan itu berefek mengenyangkan sehingga tahan lapar saat berperang. Menurut ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir Faisal Anwar MS, kolang-kaling mengandung serat tinggi sehingga menimbulkan rasa kenyang
“Oleh karena itu kolang-kaling cocok dikonsumsi orang yang sedang menjalani diet,” ujar Faisal Anwar. Kandungan serat kolang-kaling juga membantu memperlancar pencernaan. Di Indonesia, buah atep atau kolang-kaling identik dengan bulan Ramadan. Pada bulan Itu pasokan kolang-kaling melimpah ruah di pasar-pasar tradisional. Warga mengolah daging biji buah berwarna putih dan pipih itu menjadi kolak, es campur, dan sekoteng.
Saat hari Idul Fitri, manisan kolang-kaling menjadi hidangan penutup yang mendampingi ketupat dan opor ayam. Sebutan kolang-kaling di banyak negara memang berbeda-beda, busng basng, lookchid, atau kaong. Namun, soal cita rasa dan khasiat tetap sama: kolang-kaling penganan lezat dan berkhasiat bagi kesehatan. (Nabila Chairunnisa).
Menurut Borimas Krutsakom, mahasiswa asal Bangkok, Thailand, lookchid alias kolang-kaling menjadi panganan sehari-hari. "Oleh karena itu permintaan kolang-kaling di sini (Bangkok, red) cukup tinggi,” ujarnya. Beberapa industri makanan di sana mengolah daging biji aren itu menjadi manisan. Produsen mengemas dalam kaleng agar tahan simpan dan dapat dikonsumsi kapan saja.
Dalam kemasan kaleng itu ada yang isinya hanya kolang-kaling yang direndam dalam air gula, ada juga yang berpadu dengan potongan daging buah nangka. “Saya lebih suka makan lookchid segar ketimbang yang kalengan," kata Ratama Daduan, warga negara Thailand yang kini berdomisili di Osaka, Jepang, ketika diwawancarai Trubus. Kolang-kaling kalengan itu mudah dijumpai di pasar swalayan, toko kelontong, bahkan di warung-warung kaki lima.
Untuk memenuhi permintaan kolang-kaling, beberapa pekebun dl Thailand membudidayakan aren dalam hamparan luas. Provinsi Petchaburi dan Songkhla merupakan sentra perkebunan aren terbesar di negeri yang tidak pernah dijajah itu. Bandingkan dengan di Indonesia, para produsen kolang-kaling dan nira masih mengandalkan pohon yang tumbuh liar di hutan-hutan.
Bekal perang
Masyarakat Vietnam juga akrab dengan panganan berbahan kolang-kaling. Di daratan Indocina itu para produsen mengolah kolang-kaling juga menjadi manisan, lalu mengemas dalam kaleng. Konon, saat perang Vietnam tentara Amerika Serikat menyukai manisan busng basng-sebutan kolang-kaling dl Vietnam. Sebab, penganan itu berefek mengenyangkan sehingga tahan lapar saat berperang. Menurut ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor, Prof Dr Ir Faisal Anwar MS, kolang-kaling mengandung serat tinggi sehingga menimbulkan rasa kenyang
“Oleh karena itu kolang-kaling cocok dikonsumsi orang yang sedang menjalani diet,” ujar Faisal Anwar. Kandungan serat kolang-kaling juga membantu memperlancar pencernaan. Di Indonesia, buah atep atau kolang-kaling identik dengan bulan Ramadan. Pada bulan Itu pasokan kolang-kaling melimpah ruah di pasar-pasar tradisional. Warga mengolah daging biji buah berwarna putih dan pipih itu menjadi kolak, es campur, dan sekoteng.
Saat hari Idul Fitri, manisan kolang-kaling menjadi hidangan penutup yang mendampingi ketupat dan opor ayam. Sebutan kolang-kaling di banyak negara memang berbeda-beda, busng basng, lookchid, atau kaong. Namun, soal cita rasa dan khasiat tetap sama: kolang-kaling penganan lezat dan berkhasiat bagi kesehatan. (Nabila Chairunnisa).