Sebuah kasus selingkuh yang bagus : sehingga menghasilkan keturunan nan sedap di mata, juga enak di lidah. Keturunan itu adalah Durian Pelangi.
Selingkuh berawal dari akibat bunga jantan dan betina durian Durio zibethinus tinggal di rumah berbeda. Begitupun anggang Durio graveolens, sudah menjadi suratan takdir si jantan dan betina harus terpisah. Bunga kedua pohon tersebut memang berumah dua. Nah, ketika bunga betina durian siap serbuk, sang pejantan zibethinus tidak juga kunjung datang. Dengan cekatan pejantan anggang Durio graveolens cepat berkunjung sehingga terjadi penyerbukan.
Begitu juga sebaliknya, sang betina anggang sudah siap serbuk, namun pejantannya lambat berkunjung. Tak disangka, pejantan zibethinus datang dengan tepat waktu sehingga terjadilah fertilisasi. Apa alasan jantan terlambat datang? Menurut seorang peneliti di Pusat Riset Durian Universitas Brawijaya, Dr Lutfi Bansir SP MS, bunga jantan dan betina zibetiinus serta graveolens mekar 2 bulan sejak muncul bunga. Bunga-bunga itu biasanya mekar pada pukul 15.00-21.00 dan siap membuahi 4 jam sejak mekar. Persoalannya, “Bunga jantan enggan membuahi," kata Lutfi. Penyebab keengganan manjadi PR bagi sang peneliti. Namun, yang pasti karena jantan dan betina tak satu rumah sehingga memerlukan “penghulu” yang mempertemukan keduanya.
sehingga berpeluang terjadi penyerbukan silang. “Kekerabatan mereka sangat dekat, kompatibilitas penyerbukan silang sangat tinggi,” kata periset durian di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropik (Balitbu) di Solok, Sumatera Barat, Panca Jarot Santoso SP MSc. Menurut Jarot jika penyerbukan silang itu betina berasal zibethinus atau betina graveolens. tak ada perbedaan spesifik pada keturunannya.
Banyak orang malah bersorak riang melihat mereka berselingkuh. Harap mafhum, hasilnya berupa durian pelangi yang berdaging buah bergradasi merah, kuning tembaga, dan semburat kehijauan di sudut pongge. Durian itu tumbuh di kebun Sunarto dl Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Persilangan silang tersebut pendapat ahli botani alumnus Universitas Birmingham, Inggris, Gregorl Garnadi Hambali, yang mengoleksi beragam jenis durian dan Panca Jarot Santoso.
Menurut Panca Jarot, “Pelangi kemungkinan hasil silangan alami zibethinus dengan graveolens ratusan tahun lalu,” katanya. Adapun pakar buah dari PT Taman Wisata Mekarsari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Dr Mohamad Reza Tirtawinata, menduga durian pelangi merupakan turunan kedua hasil persilangan zibethinus dengan graveolens.
Warisan khas zibethinus pada hasil silangan, yakni durian pelangi, terlihat dari bentuk buah, aroma harum yang kuat, dan citarasa manis dan legit. Sementara durian anggang menyumbang gen warna daging buah yang berwarna merah.
Rasa durian anggang memang tak semanis durian zibethinus. “Manisnya mirip jambu air,” ujar Gregori Hambali. Namun, menurut Lutfi warna merah pada durian pelangi belum tentu warisan graveolens.
Sebab, “Gen pembawa warna pada durian belum ditemukan," kata doktor alumnus Universitas Brawijaya itu.
Jarot mengirimkan contoh asam deoksiribonukleat (DNA) dari daun durian pelangi ke sebuah lembaga penelitian di Korea Selatan. Mula-mula Jarot mengeringkan selembar daun pelangi dengan silika gel, kemudian mengisolasi DNA, memperbanyak potongan DNA dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Mahasiswa program strata tiga di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung itu merunutkan kode DNA dan memasukkan kode itu ke komputer untuk menganalisis kekerabatan suatu spesies.
Sebelumnya, ia memasukkan data DNA seluruh jenis durian yang diperoleh dari bank gen ke dalam program komputer itu.
Hasil analisis gen menunjukkan, durian pelangi memiliki kekerabatan dekat dengan Durio zibethinus, D. graveolens, dan lahong D. dulcis. Lahong berkulit merah, merah kecokelatan, hingga merah tua. Daging buah spesies itu berwarna krem hingga kuning. Kulit buah tak terbelah meski buah telah masak dan jatuh dari pohon. Meski begitu, tak satu pun sifat lahong yang terwariskan di durian pelangi.
”ltu karena hanya 3-5% gen saja yang diekspresikan dalam bentuk sifat," kata Jarot. Penelitian untuk menyibak Identitas durian pelangi belum tuntas. Menurut Jarot perlu penelitian lanjutan menggunakan sistem mlkrosatellt, yaitu penanda genetik yang melibatkan perunutan basa nukleotlda pendek pada DNA yang berulang-ulang tanpa sela. Walau membutuhkan waktu panjang untuk memastikan identitas pelangi, tapi kehadiran durian pelangi menambah daftar durian merah di tanahair (baca: Melacak Jejak Merah halaman 24-25).
Selain pelangi dengan sapuan warna merah, durian merah lain juga ada di Bulungan, Provinsi Kalimantan Timur. Luthfi Bansir dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bulungan, menemukan durian merah solid pada 2009. Begitu pula Eko Mulyanto SP di Banyuwangi, Jawa Timur, yang menemukan 25 durian merah dengan baragam varian: merah, semburat merah, dan merah muda.
Para ahli seperti Gregori Hambali atau Reza Tirtawinata mengatakan proses pemunculan durian-durian merah dl berbagai lokasi itu mirip durian pelangi. Artinya kelahirannya akibat penyerbukan silang antara dua kerabat dekat, yakni durian dan anggang. Masing-masing spesies Itu mewariskan sifat tertentu pada keturunannya. Apa pun hasilnya, itulah hasil perjumpaat sekerabat dekat.
Selingkuh berawal dari akibat bunga jantan dan betina durian Durio zibethinus tinggal di rumah berbeda. Begitupun anggang Durio graveolens, sudah menjadi suratan takdir si jantan dan betina harus terpisah. Bunga kedua pohon tersebut memang berumah dua. Nah, ketika bunga betina durian siap serbuk, sang pejantan zibethinus tidak juga kunjung datang. Dengan cekatan pejantan anggang Durio graveolens cepat berkunjung sehingga terjadi penyerbukan.
Begitu juga sebaliknya, sang betina anggang sudah siap serbuk, namun pejantannya lambat berkunjung. Tak disangka, pejantan zibethinus datang dengan tepat waktu sehingga terjadilah fertilisasi. Apa alasan jantan terlambat datang? Menurut seorang peneliti di Pusat Riset Durian Universitas Brawijaya, Dr Lutfi Bansir SP MS, bunga jantan dan betina zibetiinus serta graveolens mekar 2 bulan sejak muncul bunga. Bunga-bunga itu biasanya mekar pada pukul 15.00-21.00 dan siap membuahi 4 jam sejak mekar. Persoalannya, “Bunga jantan enggan membuahi," kata Lutfi. Penyebab keengganan manjadi PR bagi sang peneliti. Namun, yang pasti karena jantan dan betina tak satu rumah sehingga memerlukan “penghulu” yang mempertemukan keduanya.
Rasa dan warna Durian Pelangi
Antara anggang dan durian memang masih sekerabat, sama-sama anggota keluarga Bombacaceaesehingga berpeluang terjadi penyerbukan silang. “Kekerabatan mereka sangat dekat, kompatibilitas penyerbukan silang sangat tinggi,” kata periset durian di Balai Penelitian Tanaman Buah Tropik (Balitbu) di Solok, Sumatera Barat, Panca Jarot Santoso SP MSc. Menurut Jarot jika penyerbukan silang itu betina berasal zibethinus atau betina graveolens. tak ada perbedaan spesifik pada keturunannya.
Banyak orang malah bersorak riang melihat mereka berselingkuh. Harap mafhum, hasilnya berupa durian pelangi yang berdaging buah bergradasi merah, kuning tembaga, dan semburat kehijauan di sudut pongge. Durian itu tumbuh di kebun Sunarto dl Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Persilangan silang tersebut pendapat ahli botani alumnus Universitas Birmingham, Inggris, Gregorl Garnadi Hambali, yang mengoleksi beragam jenis durian dan Panca Jarot Santoso.
Menurut Panca Jarot, “Pelangi kemungkinan hasil silangan alami zibethinus dengan graveolens ratusan tahun lalu,” katanya. Adapun pakar buah dari PT Taman Wisata Mekarsari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Dr Mohamad Reza Tirtawinata, menduga durian pelangi merupakan turunan kedua hasil persilangan zibethinus dengan graveolens.
Warisan khas zibethinus pada hasil silangan, yakni durian pelangi, terlihat dari bentuk buah, aroma harum yang kuat, dan citarasa manis dan legit. Sementara durian anggang menyumbang gen warna daging buah yang berwarna merah.
Rasa durian anggang memang tak semanis durian zibethinus. “Manisnya mirip jambu air,” ujar Gregori Hambali. Namun, menurut Lutfi warna merah pada durian pelangi belum tentu warisan graveolens.
Sebab, “Gen pembawa warna pada durian belum ditemukan," kata doktor alumnus Universitas Brawijaya itu.
Sumbangan lahong
Untuk memastikan asal-usul durian pelangi,Jarot mengirimkan contoh asam deoksiribonukleat (DNA) dari daun durian pelangi ke sebuah lembaga penelitian di Korea Selatan. Mula-mula Jarot mengeringkan selembar daun pelangi dengan silika gel, kemudian mengisolasi DNA, memperbanyak potongan DNA dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Mahasiswa program strata tiga di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung itu merunutkan kode DNA dan memasukkan kode itu ke komputer untuk menganalisis kekerabatan suatu spesies.
Sebelumnya, ia memasukkan data DNA seluruh jenis durian yang diperoleh dari bank gen ke dalam program komputer itu.
Hasil analisis gen menunjukkan, durian pelangi memiliki kekerabatan dekat dengan Durio zibethinus, D. graveolens, dan lahong D. dulcis. Lahong berkulit merah, merah kecokelatan, hingga merah tua. Daging buah spesies itu berwarna krem hingga kuning. Kulit buah tak terbelah meski buah telah masak dan jatuh dari pohon. Meski begitu, tak satu pun sifat lahong yang terwariskan di durian pelangi.
”ltu karena hanya 3-5% gen saja yang diekspresikan dalam bentuk sifat," kata Jarot. Penelitian untuk menyibak Identitas durian pelangi belum tuntas. Menurut Jarot perlu penelitian lanjutan menggunakan sistem mlkrosatellt, yaitu penanda genetik yang melibatkan perunutan basa nukleotlda pendek pada DNA yang berulang-ulang tanpa sela. Walau membutuhkan waktu panjang untuk memastikan identitas pelangi, tapi kehadiran durian pelangi menambah daftar durian merah di tanahair (baca: Melacak Jejak Merah halaman 24-25).
Selain pelangi dengan sapuan warna merah, durian merah lain juga ada di Bulungan, Provinsi Kalimantan Timur. Luthfi Bansir dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bulungan, menemukan durian merah solid pada 2009. Begitu pula Eko Mulyanto SP di Banyuwangi, Jawa Timur, yang menemukan 25 durian merah dengan baragam varian: merah, semburat merah, dan merah muda.
Para ahli seperti Gregori Hambali atau Reza Tirtawinata mengatakan proses pemunculan durian-durian merah dl berbagai lokasi itu mirip durian pelangi. Artinya kelahirannya akibat penyerbukan silang antara dua kerabat dekat, yakni durian dan anggang. Masing-masing spesies Itu mewariskan sifat tertentu pada keturunannya. Apa pun hasilnya, itulah hasil perjumpaat sekerabat dekat.
Uji DNA Pelangi
- Isolasi DNA dari daun pelangi
- Potongan DNA kemudian diperbanyak dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) pada daerah Internal Transcribed Spacer (ITS)-nrDNA
- Runutkan kode DNA kemudian masukkan ke komputer yang memiliki program khusus untuk analisis kekerabatan. Sebelumnya, pada program komputer itu dimasukkan data DNA durian yang diperoleh dari bank gen.
- Hasil analisis DNA, pelangi berkerabat dengan D. dulcis, D. graveolens, dan D. zibethinus.
Simak Juga Tentang Perbedaan Bibit Durian Pelangi dengan Durian lainnya.
Sumber : Majalah Trubus
Sumber : Majalah Trubus