Teknologi Tersedia dan Mudah Didapat
Berbagai upaya untuk memacu tingkat produksi ikan nila sudah dilakukan melalui serangkaian penelitian oleh lembaga penelitian milik pemerintah maupun swasta, di samping paket-paket teknologi hasil penelitian di luar negeri yang sudah aplikatif. Sasaran utama pemanfaatan teknologi dalam pembudidayaan ikan nila adalah meningkatkan efisiensi dan produktivitas.Beberapa paket teknologi di antaranya sudah memasyarakat dan dikuasai oleh para pelaku usaha budi daya ikan nila di Indonesia.
1. Pengalihan Jenis Kelamin
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ikan nila jantan memiliki laju pertumbuhan yang jauh lebih cepat daripada ikan nila yang berkelamin betina. Untuk memanfaatkan sifat biologis yang demikian ini, dikembangkanlah teknologi pengalihan jenis kelamin yang disebut 'sex reversai'. Aplikasi teknologi ini ditujukan untuk menghasilkan ikan nila berkelamin tunggal, yakni berkelamin jantan. Teknologi sex reversai—yang selanjutnya disebut jantanisasi—bisa dilakukan dengan dua cara, yakni pencampuran pakan dengan hormon dan perendaman telur dalam larutan hormon.
2. Rekayasa Kromosomal
Teknologi rekayasa kromosomal merupakan alternatif lain dalam hal pengalihan jenis kelamin. Rekayasa kromosomal dimaksudkan untuk membentuk ikan jantan super homogamet YY (YY super male) sebagai induk dasar yang akan menghasilkan populasi keturunan jantan 100%, tetapi terjadinya secara alami.
3. Peningkatan Kekebalan
Teknologi imunologi dikembangkan untuk meningkatkan daya kekebalan tubuh ikan. Hal utama yang dilakukan adalah memproduksi vaksin untuk ikan nila yang mampu meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap serangan penyakit. Sasaran akhirnya meningkatkan daya kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan yang tidak diberi vaksin.
4. Pengembangan Pakan
Pengembangan teknologi pakan pada ikan nila meliputi pengembangan pakan alami dan pakan buatan. Kultur berbagai jenis pakan alami terutama dikembangkan untuk menentukan jenis pakan alami yang cocok untuk larva dan benih Ikan nila. Sementara itu, pakan buatan dikembangkan untuk mencari bahan pakan yang dapat memenuhi kebutuhan optimal protein bagi pertumbuhan ikan nila. Dalam hal ini diupayakan mendapatkan bahan pakan yang murah, tetapi memiliki kandungan nutrisi yang memadai.
5. Pengelolaan Kualitas Air
Pengembangan manajemen kualitas air untuk ikan nila lebih ditekankan pada pemanfaatan efisiensi penggunaan air untuk pemeliharaan ikan pada stadia benih. Harapannya, teknologi ini sesuai untuk diterapkan pada pembudidayaan ikan nila di lahan tergenang (seperti rawa) dengan pasok air yang terbatas.
Peluang Usaha Pembesaran
Kegiatan pembesaran merupakan kegiatan akhir dari proses produksi. Minat pembudidaya untuk membesarkan ikan nila di karamba jaring apung (KJA), di kolam air deras, dan di kolam air tergenang (kolam biasa) berdasarkan pengamatan akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan. Selain itu, usaha pembesaran ikan nila sudah sejak lama dilakukan di sawah pasang surut dan tambak berair payau di daerah pesisir.
Ikan nila yang diminati untuk mengisi kebutuhan pasar ikan konsumsi di dalam negeri adalah ikan nila dengan bobot tubuh 200—250 gram per ekor (4—5 ekor/kg). Ikan nila ukuran tersebut merupakan peluang usaha bagi para pemasok untuk memenuhi kebutuhan konsumen, baik di pasar tradisional, pasar modern, maupun langsung ke rumah makan, restoran, hotel, atau usaha pengolahan. Usaha pembesaran ikan nila tergolong agrobisnis yang menguntungkan karena didukung faktor-faktor sebagai berikut.
Waktu pemeliharaan relatif singkat. Pembesaran nila memerlukan waktu antara 3—4 bulan, bahkan dengan teknologi tertentu waktu pembesaran dapat dipersingkat menjadi 1,5 bulan (lihat bab tentang monosex culture).
- Tingkat pertumbuhan bobot ikan relatif lebih cepat jika dibandingkan dengan ikan konsumsi lainnya seperti ikan mas.
- Harga jual stabil. Berdasarkan data dan pengamatan di lapangan, harga jual ikan nila selalu stabil dan tidak pernah turun, bahkan cenderung naik dari tahun ke tahun.
- Biaya yang dihabiskan untuk kegiatan pembesaran tidak terlalu besar, sehingga dapat diusahakan oleh calon pembudidaya yang memiliki modal terbatas.
- Perputaran modal relatif cepat karena waktu pemeliharaan relatif singkat.
- Teknis budi daya dan teknologi pembesaran mudah dilakukan dan risiko kegagalan kecil, karena ikan nila lebih tahan terhadap penyakit. Selain itu, ikan nila pun dapat dibudidayakan di air payau.
- Persaingan usaha relatif kecil karena belum banyak yang menggarap usaha ini. Sentra pengusahaan ikan nila belum sebanyak ikan konsumsi jenis lain seperti ikan mas.