Penetasan Menggunakan Mesin Tetas
Sejak dahulu, inovasi teknologi untuk membantu penetasan telur telah dilakukan agar usaha penetasan telur dapat menghasilkan keuntungan bagi peternak. Salah satu inovasi yang kerap dilakukan oleh peternak adalah menggunakan indukan angkat. Metode ini dilakukan dengan cara menitipkan telur kepada indukan jenis yang lain. Misalnya, menitipkan telur ayam untuk dierami oleh indukan angsa atau entok. Namun, cara ini dinilai kurang efisien karena menambah beban penyediaan dan hanya mampu dilakukan oleh peternakan terpadu yang memiliki lebih dari satu jenis hewan ternak.
Metode lain yang banyak digunakan oleh peternak adalah penggunaan mesin tetas. Mesin tetas pertama kali digunakan di peternakan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa sejak tahun 1990-an. Di negara tersebut, produksi menggunakan mesin tetas sudah dilakukan pada level skala industri yang diproduksi dalam jumlah yang besar.
“Awalnya, mesin tetas hanya berupa sebuah ruang yang dimodifikasi agar tercapai suhu dan kelembapan yang ideal untuk penetasan.” Di Indonesia, penggunaan mesin tetas sebenamya sudah dirintis sejak tahun 1985. Bapak Abdul Wakhid bersama (Aim.) Prof. Achyar pakar di bidang peternakan saat itu merupakan segelintir orang yang pertama kali mempopulerkan penggunaan mesin tetas untuk meningkatkan produktivitas unggas di kalangan para peternak, khususnya unggas itik yang banyak dikembangkan di daerah Bapak Abdul Wakhid Berada.
Mesin tetas awalnya dirancang secara sederhana dengan meletakkan pemanas atau sumber panas yang disertai pengontrol suhunya di dalam sebuah ruang kotak mirip lemari. Suhu panas yang dihasilkan di dalam ruang ini terbukti dapat membantu meningkatkan persentase keberhasilan penetasan hingga 70 - 80%. Keberhasilan ini mendorong peternak lokal untuk mulai menggunakan mesin tetas dalam membantu penetasan telur unggas milik mereka.
Mesin tetas awalnya dirancang secara sederhana dengan meletakkan pemanas atau sumber panas yang disertai pengontrol suhunya di dalam sebuah ruang kotak mirip lemari. Suhu panas yang dihasilkan di dalam ruang ini terbukti dapat membantu meningkatkan persentase keberhasilan penetasan hingga 70 - 80%. Keberhasilan ini mendorong peternak lokal untuk mulai menggunakan mesin tetas dalam membantu penetasan telur unggas milik mereka.
Penggunaan mesin tetas dilakukan dengan cara menyusun telur di dalam mesin tetas serta mengatur suhu dan kelembapan agar kondisinya sesuai dengan kebutuhan perkembangan embrio. Hasilnya, persentase keberhasilan penetasan akan lebih tinggi dibandingkan dengan penetasan melalui pengeraman alami. Suhu dan kelembapan merupakan parameter utama di dalam mesin tetas yang harus diperhatikan saat penetasan telur. Selain itu, kadar oksigen dan kadar karbon dioksida juga harus tetap diamati. Suhu optimal di dalam mesin tetas sekitar 37°-39° C dengan kelembaban 60-70%. Kadar oksigen dalam mesin tetas minimum 21% dan kadar karbon dioksida maksimum 0,5%.
Berbagai Keunggulan Penggunaan Mesin Tetas
Penggunaan mesin tetas memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan penetasan secara alami. Misalnya, ruang mesin tetas lebih luas dan lebar sehingga dapat menempatkan telur dalam jumlah lebih banyak daripada kapasitas pengeraman induk secara alami sehingga dapat meningkatkan keuntungan. Berikut berbagai keunggulan penetasan menggunakan mesin tetas dibandingkan dengan penetasan alami.
- Tingkat keberhasilan telur yang menetas lebih besar dibandingkan dengan pengeraman biasa. Jika melalui proses pengeraman alami, telur yang menetas hanya 50 - 60%. Sementara itu, penetasan melalui bantuan mesin tetas dapat meningkatkan keberhasilan telur yang menetas hingga 80%.
- Penetasan telur dapat dilakukan terus-menerus tanpa terganggu oleh cuaca. Pasalnya, telur di dalam mesin tetas ditempatkan di dalam ruangan.
- Tingkat hidup anakan hasil penetasan melalui mesin tetas lebih tinggi dibandingkan dengan penetasan alami. Hal ini disebabkan karena perubahan suhu dari dalam telur ke lingkungan tidak terlalu ekstrim. Berbeda halnya dengan anakan hasil penetasan alami yang harus lebih menyesuaikan suhu setelah menetas.
- Indukan dapat terus melakukan reproduksi tanpa perlu terganggu dengan kewajiban untuk mengerami telurnya.
- Kontrol terhadap kualitas telur lebih mudah dilakukan. Selain itu, kontaminasi bakteri dan penyakit relatif lebih keeil karena telur disimpan di dalam ruangan.
Artinya, penggunaan mesin tetas untuk membantu penetasan telur terbukti menguntungkan sehingga mampu meningkatkan pendapatan peternak. Karena itu, saat ini banyak para peternak beralih menggunakan mesin tetas sebagai alat untuk menetaskan telur.
Penggunaan mesin tetas relatif belum seluruhnya dapat dijangkau oleh para peternak skala kecil. Mahalnya harga mesin tetas membuat peternak memerlukan alternatif lain dengan cara merancang mesin tetasnya sendiri. Namun, hingga saat ini belum ada standar atau acuan pokok untuk merancang mesin tetas yang baik sehingga peternak lokal masih kesulitan. Berdasarkan permasalahan tersebut melalui artikel ini admin mencoba membagi ilmu yang di kutib dari karyanya Bapak Abdul Wakhid kepada para peternak dan pembaca mengenai teknik merancang mesin tetas sederhana secara praktis dan mengoptimalkan manajemen penetasan telur yang benar.