Memulai Budi Daya Jamur
Untuk memulai budi daya jamur diperlukan beberapa persiapan awal yang meliputi persiapan manajemen, persiapan infrastruktur, dan persiapan teknis. Persiapan manajemen meliputi perencanaan skala usaha, perencanaan produksi, jaminan pasar, sumber daya manusia, dan organisasi pelaksanaan. Persiapan infrastruktur meliputi sanitasi, pemilihan lokasi, perlengkapan, dan permodalan. Sementara persiapan teknis difokuskan pada kegiatan operasional budi daya.
Untuk memulai budi daya jamur diperlukan beberapa persiapan awal yang meliputi persiapan manajemen, persiapan infrastruktur, dan persiapan teknis. Persiapan manajemen meliputi perencanaan skala usaha, perencanaan produksi, jaminan pasar, sumber daya manusia, dan organisasi pelaksanaan. Persiapan infrastruktur meliputi sanitasi, pemilihan lokasi, perlengkapan, dan permodalan. Sementara persiapan teknis difokuskan pada kegiatan operasional budi daya.
Persiapan Manajemen
a. Perencanaan Skala Usaha dan Perencanaan Produksi
Perencanaan ini sangat terkait dengan modal. Jika kita memiliki modal yang besar, bisa saja memutuskan untuk memulai budi daya jamur langsung ke skala besar dengan kapasitas produksi lebih dari 500 kg jamur per hari. Pada skala besar ini, pemilik modal bisa mempekerjakan tenaga-tenaga kerja yang sudah berpengalaman dan dikelola dengan sistem managemen yang profesional.
Kondisi sebaliknya, jika modal terbatas, kita bisa mengembangkan budi daya jamur dimulai dari skala kecil dengan kapasitas produksi hanya 50 kg jamur per hari. Jika usahanya sudah maju, bisnisnya bisa dikembangkan ke skala sedang dengan kapasitas produksi 100 kg per hari atau ke skala menengah dengan kapasitas produksi 250—500 kg per hari.
Sebagai gambaran, dengan harga-harga yang berlaku pada akhir tahun 2015, untuk pemeliharaan 5.000 baglog (skala kecil) diperlukan modal sekitar 26 juta rupiah untuk membangun kubung, membeli peralatan pendukung, dan biaya operasional. Semakin besar skala usaha yang ingin kita kembangkan, semakin besar pula biaya yang harus kita miliki.
Perencanaan ini sangat terkait dengan modal. Jika kita memiliki modal yang besar, bisa saja memutuskan untuk memulai budi daya jamur langsung ke skala besar dengan kapasitas produksi lebih dari 500 kg jamur per hari. Pada skala besar ini, pemilik modal bisa mempekerjakan tenaga-tenaga kerja yang sudah berpengalaman dan dikelola dengan sistem managemen yang profesional.
Kondisi sebaliknya, jika modal terbatas, kita bisa mengembangkan budi daya jamur dimulai dari skala kecil dengan kapasitas produksi hanya 50 kg jamur per hari. Jika usahanya sudah maju, bisnisnya bisa dikembangkan ke skala sedang dengan kapasitas produksi 100 kg per hari atau ke skala menengah dengan kapasitas produksi 250—500 kg per hari.
Sebagai gambaran, dengan harga-harga yang berlaku pada akhir tahun 2015, untuk pemeliharaan 5.000 baglog (skala kecil) diperlukan modal sekitar 26 juta rupiah untuk membangun kubung, membeli peralatan pendukung, dan biaya operasional. Semakin besar skala usaha yang ingin kita kembangkan, semakin besar pula biaya yang harus kita miliki.
b. Jaminan Pasar
Keberhasilan usaha jamur ditentukan oleh jaminan pasar yang pasti. Sebelum memulai usaha, sebaiknya perkirakan terlebih dahulu ke mana hasil produk akan dipasarkan, sehingga ketika usaha sudah berjalan, Anda sudah memegang jaminan pasar.
Keberhasilan usaha jamur ditentukan oleh jaminan pasar yang pasti. Sebelum memulai usaha, sebaiknya perkirakan terlebih dahulu ke mana hasil produk akan dipasarkan, sehingga ketika usaha sudah berjalan, Anda sudah memegang jaminan pasar.
Salah satu cara mengetahui jalur pemasaran adalah dengan mencari banyak informasi dari penjual bibit. Biasanya, penjual bibit sudah lama berkecimpung dalam bisnis jamur dan tentunya sudah menguasai jaringan pasarnya. Selain itu, Anda juga bisa mencari informasi melalui media, baik media cetak seperti koran, majalah, dan tabloid pertanian maupun media elektronik seperti televisi, internet, dan radio.
Jika skala usaha yang kita jalankan masih kecil, sebaiknya bermitra dengan petani jamur yang sudah berpengalaman karena mereka sudah memiliki pasar yang pasti dan biasanya mereka masih kekurangan stok jamur untuk memenuhi permintaan pelanggannya.
c. Sumber Daya Manusia
Hal lain yang perlu direncanakan dalam membudidayakan jamur adalah sumber daya manusia. Pilihlah tenaga kerja yang andal, rajin, cekatan, dan cermat. Jika memungkinkan, pilih pekerja dari penduduk setempat agar tidak terjadi kecemburuan ketika usaha yang Anda jalankan berhasil. Sementara untuk tenaga kerja ahli, pilihlah mereka yang telah berpengalaman dalam budi daya dan bisnis jamur.
d. Organisasi Pelaksanaan
Faktor terakhir yang perlu dipersiapkan adalah organisasi pelaksanaan di lapangan. Pembagian organisasi ini akan meningkatkan efektivitas kerja, sehingga hasil yang dicapai lebih maksimal. Umumnya, pembagian organisasi pelaksana di lapangan terdiri atas lima bagian sebagai berikut.
Hal lain yang perlu direncanakan dalam membudidayakan jamur adalah sumber daya manusia. Pilihlah tenaga kerja yang andal, rajin, cekatan, dan cermat. Jika memungkinkan, pilih pekerja dari penduduk setempat agar tidak terjadi kecemburuan ketika usaha yang Anda jalankan berhasil. Sementara untuk tenaga kerja ahli, pilihlah mereka yang telah berpengalaman dalam budi daya dan bisnis jamur.
d. Organisasi Pelaksanaan
Faktor terakhir yang perlu dipersiapkan adalah organisasi pelaksanaan di lapangan. Pembagian organisasi ini akan meningkatkan efektivitas kerja, sehingga hasil yang dicapai lebih maksimal. Umumnya, pembagian organisasi pelaksana di lapangan terdiri atas lima bagian sebagai berikut.
- Bagian substrat tanam, bertanggung jawab menyiapkan substrat tanam, dari persiapan bahan baku, pencampuran, pengepakan, sterilisasi, hingga siap tanam.
- Bagian bibit, bertanggung jawab pada persiapan bibit jamur, penanaman, hingga pemeliharaan awal.
- Bagian pemeliharaan, bertanggung jawab dalam pemeliharaan substrat tanam, berhubungan dengan pengendalian lingkungan, baik lingkungan fisik, kimia, maupun biologis; pengendalian hama dan penyakit; kontrol kualitas; dan keselamatan hasil.
- Bagian panen dan pascapanen, bertanggung jawab terhadap masa panen dan pengelolaan pascapanen sesuai dengan rencana produksi.
- Bagian pemasaran, bertanggung jawab atas pemasaran produk yang dihasilkan, baik jamur dan olahannya maupun produk tambahan lain seperti penjualan substrat tanam.
Persiapan Infrastruktur
a. Pemilihan Lahan
Hal awal yang harus diperhatikan dalam budi daya jamur adalah pemilihan lokasi budi daya. Beberapa persyaratan lokasi yang baik untuk budi daya jamur sebagai berikut.
a. Pemilihan Lahan
Hal awal yang harus diperhatikan dalam budi daya jamur adalah pemilihan lokasi budi daya. Beberapa persyaratan lokasi yang baik untuk budi daya jamur sebagai berikut.
- Memenuhi persyaratan lingkungan tumbuh jamur, baik suhu, kelembapan, pH, aerasi, maupun intensitas cahaya. Idealnya, lokasi yang tepat untuk budi daya jamur berada di daerah yang berhawa sejuk dengan suhu berkisar 10 - 16°C dan kelembapan udara yang cukup tinggi. Khusus untuk jamur merang, pembudidayaan dilakukan di daerah dengan kondisi suhu 30 - 35°C.
- Jauh dari kawasan aktif pertanian hortikultura, kawasan pabrik, dan pusat keramaian kota agar jamur yang dihasilkan tidak terkontaminasi limbah industri atau rumah tangga. Pasalnya, jamur memiliki kemampuan menyerap logam walaupun konsentrasinya kecil.
- Lintasannya relatif datar atau rata. Tujuannya untuk memudahkan pengangkutan. Selain itu, usahakan kondisi lahan bertopografi rata agar sirkulasi udara selama pembudidayaan berjalan dengan lancar.
- Mudah dijangkau, baik segi pemasarannya maupun tempat memperoleh bahan baku.
5. Dekat dengan sumber air. Secara tidak langsung, air merupakan penentu keberhasilan budi daya.
Lahan budi daya perlu disesuaikan dengan target produksi yang ingin dicapai. Usaha budi daya jamur dianggap layak jika setiap hari dapat menghasilkan rata-rata 1.000 kg atau 10.000 buah substrat tanam. Idealnya, luas lahan untuk menghasilkan produksi tersebut sekitar 1 hektar.
Dari luas lahan tersebut, dapat dibuat beberapa bangunan atau ruangan yang menunjang proses produksi. Misalnya, bangunan untuk persiapan substrat yang meliputi gudang bahan baku, gudang bahan kimia, ruang persiapan bahan, ruang sterilisasi, ruang pembibitan, ruang isolasi, ruang inokulasi, ruang inkubasi, ruang pemeliharaan, gudang penampungan hasil dan pascapanen, ruang administrasi, sarana umum seperti kamar mandi sarana ibadah, dan WC, serta jalan dan tempat parkir. Namun, banyak juga petani jamur yang hanya menggunakan lahan sekadarnya. Asalkan, terdapat ruangan khusus untuk menaruh bahan baku dan melakukan inokulasi.
Jika lahan yang sesuai telah diperoleh, tahap selanjutnya adalah persiapan perlengkapan budi daya. Besar kecilnya perlengkapan yang digunakan disesuaikan dengan modal yang dimiliki dan skala usaha yang direncanakan. Pengusaha dengan modal besar biasanya menggunakan peralatan budi daya yang modern untuk mendapatkan hasil yang baik. Bagi Anda yang memiliki modal terbatas, Anda bisa menggunakan bahan dan peralatan budi daya yang sederhana.
b. Kubung atau Rumah Jamur
Bangunan budi daya untuk jamur disebut kubung. Ibarat rumah, kubung berfungsi untuk melindungi media tanam jamur dari hujan dan sinar matahari langsung, serta kemungkinan kontaminasi spora jamur. Selain itu, kubung juga berguna untuk merekayasa iklim mikro, sehingga budi daya jamur yang dilakukan tidak tergantung pada musim.
Bangunan kubung bisa dibuat permanen atau semi-permanen. Umumnya, ukuran kubung yang sering digunakan adalah 12 x 10x5 meter yang dibagi menjadi delapan petakan. Di setiap petakan tersebut diletakkan rak-rak tempat meletakkan media tumbuh jamur. Di antara rak dibuat jarak selebar 40—60 cm untuk dilalui pekerja. Bentuk, ukuran, dan bahan yang digunakan untuk membuat kubung disesuaikan dengan jumlah baglog atau media tumbuh jamur yang digunakan serta target produksi.
Berikut ini beberapa jenis bahan yang bisa digunakan untuk membuat kubung.
1. Rangka kubung bisa dibuat dari besi, kayu, atau batangan bambu. Jika menggunakan kerangka dari kayu atau bambu, sebelum digunakan. Sebaiknya, kayu atau bambu direndam terlebih dahulu dalam larutan fungisida atau pengawet kayu lainnya agar tidak mudah lapuk.
2. Bagian atap bangunan dapat menggunakan seng, asbes, atau genting. Sementara itu, dindingnya dibuat dari lembaran plastik, anyaman daun nipah, daun tebu, atau jerami. Dinding-dinging tersebut dapat dibuka tutup sesuai kebutuhan.
3. Di beberapa bagian kubung juga perlu dibuat jendela sebagai lubang sirkulasi udara untuk menjaga kestabilan suhu. Bagian dalam jendela ditutup dengan kain atau kawat kasa untuk mencegah masuknya serangga pengganggu.
4. Bagian lantai kubung juga perlu disemen. Tujuannya untuk memudahkan dalam merawat dan membersihkan kubung. Kalaupun tidak disemen, setidaknya lantai diberi lapisan pasir atau kapur untuk menghindari hama dan penyakit yang berasal dari tanah.
c. Sarana Budi Daya dan Pembibitan
Selain kubung, ada empat komponen lain yang wajib dimiliki oleh seorang
pengusaha jamur sebagai berikut.
1. Alat pembuat media tumbuh jamur, berupa alat pengumpul bahan baku, alat angkut seperti truk atau mobil pick up, ban berjalan (conveyor), alat pengayak, alat pencampur, dan alat pengisi (filling machine).
2. Alat sterilisasi media tumbuh sebelum ditanami bibit, berupa autoklaf dan boiler. Bagi pembudidaya jamur skala kecil, alat sterilisasi bisa terbuat dari drum bekas minyak yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa.
3. Alat untuk penanaman atau inokulasi jamur ke dalam media tumbuh, berupa Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) dan meja.
4. Alat panen dan pengolahan hasil panen, seperti alat pengatur suhu dan kelembapan ruangan, alat pengering hasil panen, alat pendingin, timbangan, alat pengepak, sarung tangan, pisau, dan gunting.
Selain kubung, ada empat komponen lain yang wajib dimiliki oleh seorang
pengusaha jamur sebagai berikut.
1. Alat pembuat media tumbuh jamur, berupa alat pengumpul bahan baku, alat angkut seperti truk atau mobil pick up, ban berjalan (conveyor), alat pengayak, alat pencampur, dan alat pengisi (filling machine).
2. Alat sterilisasi media tumbuh sebelum ditanami bibit, berupa autoklaf dan boiler. Bagi pembudidaya jamur skala kecil, alat sterilisasi bisa terbuat dari drum bekas minyak yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa.
3. Alat untuk penanaman atau inokulasi jamur ke dalam media tumbuh, berupa Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) dan meja.
4. Alat panen dan pengolahan hasil panen, seperti alat pengatur suhu dan kelembapan ruangan, alat pengering hasil panen, alat pendingin, timbangan, alat pengepak, sarung tangan, pisau, dan gunting.
d. Peralatan Penunjang Lainnya
Budi daya jamur juga memerlukan beberapa peralatan penunjang sebagai berikut.
1. Sprayer, digunakan untuk melakukan pengabutan jika kondisi di dalam kubung terlalu panas.
2. Pisau dan keranjang, terutama dibutuhkan ketika panen.
3. Parang, terpal plastik, sekop, dan sekop garpu, berguna untuk membuat racikan media.
Budi daya jamur juga memerlukan beberapa peralatan penunjang sebagai berikut.
1. Sprayer, digunakan untuk melakukan pengabutan jika kondisi di dalam kubung terlalu panas.
2. Pisau dan keranjang, terutama dibutuhkan ketika panen.
3. Parang, terpal plastik, sekop, dan sekop garpu, berguna untuk membuat racikan media.
C. Persiapan Teknis
Persiapan teknis menyangkut berbagai hal yang berhubungan dengan kegiatan operasional budi daya, seperti media pemeliharaan jamur, kualitas bibit, cara budi daya, pemeliharaan, ruangan tempat pemeliharaan, pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit, penanganan pascapanen, hingga pemasarannya.
Pemahaman terhadap tahapan budi daya jamur lebih baik dilakukan dengan mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh kelompok tani jamur, perusahaan penghasil jamur, atau magang di tempat budi daya jamur. Pelatihan atau magang yang dilaksanakan biasanya disertai dengan modul pelatihan, buku panduan budi daya, dan cara menghitung analisis usaha jamur.
Budi daya jamur (tiram, kuping, merang, dan champignon) dapat dimulai dari skala kecil sesuai dengan modal yang dimiliki. Selanjutnya, dikemb angkan secara bertahap.
Kualitas bibit jamur menjadi salah satu kunci utama kesuksesan dalam menjalankan usaha jamur. Ada sedikit saja kontaminasi di dalam bibit jamur, jika dipaksakan ditanam, maka media tumbuh dalam baglog atau media tumbuh dalam rak akan terkontaminasi. Banyak ditumbuhi jamur-jamur gulma yang akan menurunkan produktivitas. Karena itu, proses pembuatan bibit jamur harus dilakukan secara aseptik atau steril, baik dalam proses pembuatan media, isolasi, dan inkubasi.
Pembibitan Tahap Satu
Tahap ini menghasilkan kultur murni yang merupakan media khusus berisi miselium jamuryang memiliki sifat unggul dan produktivitastinggi. Pada tahap ini, proses dan media tumbuh yang digunakan untuk semua jenis jamur sama. Kultur murni ini kemudian digunakan untuk perkembangbiakan selanjutnya. Dalam pembuatan kultur murni terdapat beberapa tahapan, yaitu pembuatan media, pemilihan induk, isolasi, dan inkubasi.
Untuk tambahan informasi, beberapa pembudidaya jamur di Bogor dan Sukabumi menyebut tahap ini dengan FO karena miselium jamur belum diinokulasikan ke dalam media baru berupa shorgum atau jagung. Jika miselium jamur telah diinokulasikan ke media baru, tahap ini disebut FI.
Kultur murni. Merupakan hasil pembibitan tahap satu yang ditumbuhkan dalam media potatoes dextrose agar (PDA)
Hal ini tentu berbeda dengan beberapa teori yang dijelaskan dalam buku-buku mengenai budi daya jamur yang mengatakan pembibitan jamur melalui tiga tahap, yakni FI, F2, dan F3, tanpa FO. Namun, setelah kami cermati, langkah-langkah yang dilakukan antara teori yang selama ini berkembang dengan aplikasi di lapangan relatif sama, bedanya hanya dipenyebutannya.
a. Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam pembuatan kultur murni adalah Potatoes Dextrose Agar (PDA). Media ini bisa terbuat dari bahan yang mudah didapat. Perlu dipahami, dalam pembuatan media tanam ini diperlukan kondisi steril. Hal ini untuk meminimalisasi risiko kontaminasi media. Sentuhan media langsung dengan tangan harus dihindari. Karena itu, dalam pembuatan media tanam ini, campuran bahan harus disterilkan dalam autoklaf atau panci presto. Media PDA yang sudah jadi bisa disimpan paling lama dua minggu sebelum digunakan untuk mengembangbiakkan spora jamur.
a. Pembuatan Media
Media yang digunakan dalam pembuatan kultur murni adalah Potatoes Dextrose Agar (PDA). Media ini bisa terbuat dari bahan yang mudah didapat. Perlu dipahami, dalam pembuatan media tanam ini diperlukan kondisi steril. Hal ini untuk meminimalisasi risiko kontaminasi media. Sentuhan media langsung dengan tangan harus dihindari. Karena itu, dalam pembuatan media tanam ini, campuran bahan harus disterilkan dalam autoklaf atau panci presto. Media PDA yang sudah jadi bisa disimpan paling lama dua minggu sebelum digunakan untuk mengembangbiakkan spora jamur.
b. Pemilihan Induk Jamur
Jamur yang akan digunakan sebagai indukmerupakanjamuryangmemiliki keunggulan tertentu dibandingkan dengan jamur lain sejenisnya. Jamur yang dipilih harus berbentuk normal atau tidak mengalami kelainan fisik, tidak terserang hama dan penyakit, daging buahnya tebal, batang buahnya kokoh, dan berukuran besar.
Sebelum ditanam ke media PDA, jamur harus disterilisasi terlebih dahulu untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Caranya, cuci jamur dengan air mengalir hingga bersih, lalu celupkan ke dalam alkohol 70%
Indukan jamur kuping. Pilih yang sehat dan pertumbuhannya normal selama 1—5 menit. Selain alkohol, beberapa bahan lain yang dapat digunakan untuk mensterilkan indukan jamur antara lain formalin 5%, mercurochloride 0,001%, silver nitrat 0,1%, mercuric cyanide 0,1%, sodium hipochloride 0,35%, dan kalium permanganat 2%, atau hidrogen peroksida 3%.
c. Isolasi
Isolasi merupakan proses pengambilan bagian tubuh jamur indukan yang telah dipilih untuk ditanam ke media PDA. Isolasi ini harus dilakukan secara steril, biasanya dilakukan di dalam ruangan atau kotak isolasi yang biasa disebut Laminar Air Flow Cabinet (LAFC).
Ruang atau kotak isolasi tersebut dilengkapi dengan lampu ultraviolet. Untuk mengurangi pengaruh buruk radiasi ultraviolet bagi manusia, sebaiknya lampu ultraviolet dinyalakan minimal 60 menit sebelum ruang isolasi atau LAFC digunakan. Ketika lampu dimatikan, nyalakan blower, lalu semprot ruang isolasi atau LAFC dengan alkohol 70%. Jika ruangan tidak terdapat blower, matikan lampu 30 menit sebelum digunakan.
Ruang isolasi atau LAFC biasanya terdapat di laboratorium dan perusahaan besar. Umumnya, para produsen bibit jamur berskala kecil biasa melakukan isolasi di ruangan biasa, tetapi dengan tingkat ketelitian dan kebersihan yang tinggi. Isolasi tradisional biasanya dilakukan di atas meja keramik yang dialasi kain kasa. Kain kasa tersebut sebelumnya direndam di dalam larutan kloroks 1% atau alkohol 40%. Begitu pula ruang yang akan digunakan harus disemprot terlebih dahulu dengan larutan yang sama.
Selain kebersihan ruangan, kebersihan orang yang melakukan isolasi juga harus dijaga. Hal ini berlaku untuk semua tahapan isolasi, baik isolasi yang dilakukan di LAFC atau isolasi yang dilakukan di ruang biasa. Idealnya, orang yang akan melakukan isolasi menggunakan pakaian bersih, penutup rambut, penutup kepala, dan menyemprot tangannya dengan alkohol. Selain itu, kontak langsung bagian tubuh dengan media kultur atau jamur induk diusahakan jangan terlalu sering dilakukan.
d. Inkubasi
Masa pertumbuhan miselium jamur di dalam media PDA disebut dengan masa inkubasi. Proses ini dilakukan di dalam inkubator atau kotak inkubasi. Inkubator berbentuk seperti lemari yang memiliki pengaturan suhu, sehingga kondisi di dalamnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan miselium untuk tumbuh.
Selama masa inkubasi, kultur murni ini juga perlu dirawat agar tidak mengalami perubahan sifat. Cara perawatan kultur murni tersebut dapat dilakukan dalam empat cara sebagai berikut.
1. Pemindahan Secara Berkala
Cara ini dilakukan pada kultur murni yang diinkubasikan di dalam ruang inkubasi pada suhu 27° C atau di dalam lemari pendingin bersuhu 10° C. Penyimpanan kultur murni di dalam lemari pendingin dapat memperkecil kemungkinan kultur mengering.
2. Membatasi Suplai Oksigen
Bertujuan untuk mencegah pengeringan kultur murni. Cara yang dilakukan adalah menggenangi koloni jamur dengan parafin setinggi 1 cm di atas media PDA. Dengan begitu, metabolisme jamur menjadi terhambat. Parafin ini disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121° C, dan tekanan 15 lb/in2 selama 45 menit.
3. Membatasi Nutrisi
Suplai nutrisi ke dalam miselium jamur dihambat dengan air suling steril. Bagian koloni jamur yang sedang aktif tumbuh dimasukkan ke dalam botol yang berisi air suling, lalu simpan di dalam suhu ruang selama satu minggu. Setelah itu, bagian yang tidak terkontaminasi diambil dan disimpan pada suhu 5° C.
4. Pengeringan Beku atau Liofilisasi
Caranya, bekukan spora pada suhu 60° C, kemudian uapkan air yang tersisa dengan proses sublimasi di ruang hampa udara. Terakhir, segel tempat miselium tersebut pada kondisi hampa udara.
Proses pembuatan bibit ini dikatakan berhasil jika di sekitar eksplan tumbuh miselium jamur berwarna putih yang selanjutnya menyebar merata ke seluruh tabung reaksi.
Proses pembuatan bibit ini dikatakan berhasil jika di sekitar eksplan tumbuh miselium jamur berwarna putih yang selanjutnya menyebar merata ke seluruh tabung reaksi.